Hallo Bigboss!! Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga sehat selalu, dilancarkan rejekinya dan dimudahkan segala aktivitasnya yaa!!
Selama 10 tahun terakhir, prevalensi merokok di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Terhitung dari tahun 2011 sebanyak 60,3 juta perokok aktif menjadi 69,1 juta di tahun 2021. Alhasil, muncul produk alternatif yang dinilai lebih rendah resiko sebagai sarana bagi perokok untuk berhenti merokok konvensional.
Produk alternatif pengganti rokok salah satunya adalah Heated Tobacco Product (produk tembakau yang dipanaskan), dimana produk ini memiliki perbandingan resiko kesehatan yang lebih minim daripada rokok tembakau. Hal ini dibuktikan melalui hasil kajian literatur ilmiah dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) yang berjudul "Kajian Risiko (Risk Assesment) Produk Tobacco Heated System (THS) Berdasarkan Data dan Kajian Literatur"
Rahmana Emran Kartasasmita, anggota tim pengkaji SF-ITB menjelaskan, berbagai upaya pemerintah telah dilakukan namun angka prevalensi merokok tak kunjung berkurang. Seiring berkembangnya teknologi dan inovasi yang didukung banyaknya penelitian, terciptalah aneka varian produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, snus dan kantong nikotin sebagai sarana para perokok untuk berhenti.
“Produk tembakau alternatif masih menjadi fenomena baru di Indonesia dan kajian literatur ilmiah maupun kajian ilmiah di dalam negeri terhadap produk ini masih sedikit sehingga belum memberikan informasi yang menyeluruh bagi publik, terutama perokok dewasa. Atas pertimbangan tersebut, SF-ITB melakukan kajian literatur ilmiah secara mendalam dan komprehensif untuk mempelajari profil risiko serta potensi manfaatnya bagi perokok dewasa,” kata Prof. Emran.
Emran mengungkapkan, SF-ITB melakukan kajian literatur ilmiah berbasis kajian resiko terhadap produk tembakau yang dipanaskan. Proses kajian yang dilakukan berdasar pada metode standar untuk menghitung perkiraan tingkat risiko yang ada di dunia dan mengacu pada lembaga-lembaga seperti WHO (World Health Organization), IARC (International Agency for Research on Cancer) dan US-EPA (United State Environmental Protection Agency).
Dalam proses kajian risiko yang dilakukan oleh tim SF-ITB, Emran menyebut adanya beberapa tahap yang dilakukan yaitu penlusuran literatur independen dan publikasi ilmiah guna mencari data kualitatif dan kuantitatif terkait senyawa yang terkadung pada produk tembakau yang dipanaskan dan rokok konvensional sebagai pembanding. serta penggolongan tingkat karsinogen yang merujuk pada IARC.
Kemudian, setelah data diperoleh, tim SF-ITB melakukan pencarian data karakterisasi bahaya untuk senyawa dengan nilai ambang (non-karsinogenik dan karsinogenik non-genotoksik) dan tanpa nilai ambang keamanan (karsinogenik genotoksik), penghitungan kajian paparan dengan kasus skenario terburuk, lalu dilanjutkan dengan karakterisasi risiko non-karsinogenik dan subtansi karsinogenik.
Berdasarkan hasil kajian SF-ITB, Emran mengatakan, produk tembakau yang dipanaskan memang tidak seratus persen bebas resiko. Namun, profil risiko kesehatan dari produk ini lebih rendah daripada rokok.
“Produk tembakau alternatif harus didukung penggunaannya bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaannya. Sekarang, tersedia produk tembakau alternatif yang terbukti memiliki paparan zat berbahaya (harmful and potentially harmful constituents atau HPHC) yang lebih rendah daripada rokok,” kata Emran.
Hasil kajian tersebut juga sejalan dengan hasil yang menyimpulkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah daripada rokok melalui riset yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesehatan dunia seperti Public Health England dan German Federal Institute for Risk Assessment (BfR).
Dengan banyaknya hasil kajian yang telah dilakukan oleh berbagai pihak, Emrang mengajak pemerintah dan stakeholder terkait untuk ikut mengkaji produk tembakau alternatif berama dengan peneliti, akademisi, pelaku industri, asosiasi hingga konsumen.
Dari hasil penelitian tersebut, Emran yakin akan memperkuat bukti dan fakta tentang produk tembakau alternatif sehingga dapat menjadi informasi serta solusi terpercaya pada masyarakat.
“Kajian ilmiah yang dilakukan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya sangat ditunggu-tunggu oleh pelaku industri, asosiasi, konsumen, dan akademisi karena masih banyaknya informasi yang simpang siur mengenai produk tembakau alternatif di publik. Hasil kajian ilmiah ini nantinya dapat menjadi informasi yang komprehensif bagi publik, terutama perokok dewasa, demi turunnya prevalensi merokok sehingga kesehatan masyarakat kian membaik,” tutup Emran.